Sekarang-sekarang ini, PT KAI memang sedang gencar melakukan perubahan di armadanya. Selain Sekarang kelas ekonomi, bisnis, dan eksekutif, sekarang ada kereta api kelas Suite, Luxury, Prioritas, dan juga Panoramic. Semuanya dibuat tentu untuk kenyamanan penumpang dan bisa disesuaikan dengan budget.
Nah, kemaren saya berkesempatan mencoba salah satu kelas yang berbeda dari biasanya–biasanya kan cuma bisa mentok di kelas eksekutif ya, eh alhamdulillah bisa eksekutif juga. Perjalanan dari Yogyakarta ke Bandung sangat padat sekali. Waktu berangkat pun dapat tiketnya susah. Pulang pun begitu.
Karena tiket kelas eksekutif habis, jadi saya putuskan untuk mencoba kelas Panoramic. Pengen ngerasain gimana naik kereta yang katanya, menurut beberapa riviu, bisa memperoleh pandangan yang lebih luas, ya iyalah, namanya juga panoramik.
Untuk harga, memang beda jauh ya dengan kelas eksekutif, dua kali lipat. Harga tiket kelas eksekutif itu dari rentang Rp470.000 - Rp595.000 sedangkan kereta Panoramik dibanderol dengan harga Rp1000.000. Ini untuk kereta Argo Wilis ya. Untuk eksekutif Turangga, Lodaya, dan Mutiara Selatan tentu lebih murah lagi. Tapi dengan harga tersebut sudah termasuk beberapa pelayanan ekstra yang tidak didapat di kelas lain (Eksekutif, Bisnis, Ekonomi). Misalnya, untuk ruang tunggu, kita disediakan lounge eksekutif. Selain ruangannya cukup nyaman, juga terdapat makanan dan minuman yang bisa kita nikmati sambil menunggu kedatangan kereta. Kemaren disediakan jajanan pasar, cemilan, dan Indomie goreng ektra kecap. Karena di Yogya kali ya... hehehe. Tapi lumayanlah.
Kemudian, untuk layanan di dalam kereta, setelah semua penumbang
boarding, dan kereta berjalan, kita disuguhi minuman hangat; ada teh, kopi, dan coklat. Kemudian juga diberikan satu kotak kudapan, yang berisi dua buah roti,
pastry sih lebih tepatnya. Oya, kita juga dikasih air mineral ukuran kecil dan Hydro Coco. Lumayan juga ya.
Sekitar satu jam perjalanan, kita disajikan makan siang. Makan siangnya lumayan enak. Menunya cukup menggugah selera. Ada telur gulai, capcai, daging (ga tau namanya dimasak apa), perkedel kentag, goreng tahu, sambal, dan tentu saja kerupuk. Enak. Nasinya dibungkus pake daun, dan asapnya sampai mengepul. Kata orang Sunda mah, ditimbel. Oya, di gerbong panoramik ini terdapat dua orang pramugari yang melayani kebutuhan para penumpang. Untuk minuman hangat, sepertinya kita masih bisa minta lagi ya. Saya lihat ketika sore hari, ada beberapa penumpang yang minta minuman hangat, entah kopi, teh, atau pun coklat. Ada juga yang meminta tambahan air mineral, dan itu tidak dipungut biaya tambahan. Gokil emang.
Untuk fasilitas hampir mirip ya dengan kereta eksekutif biasa. Hanya tidak ada meja kecil yang menempel ke dinding kereta. Mungkin karena kacanya yang luas sehingga meja kecil tersebut terpaksa ditiadakan. Jadinya untuk gelas kopi, kita harus keluarkan meja yang ada di kursi masing-masing. Kemudian, awalnya saya tidak menemukan colokan listrik. Ada sih tulisannya di bawah, di bagian sandaran kaki, tapi agak bingung nyarinya. Ternyata letaknya di bawah jok sendiri, bukan di bawah sandaran kaki, seperti di stikernya. Bagusnya, di setiap kursi, ada dua colokan. Jadi bisa ngecas ponsel sekaligus ngecas laptop.
Untuk kamar mandinya, terpisah ya dari gerbong lain. Sayang, saya gak sempat mengambil gambarnya. Kamar mandinya luas dan bersih. Ada petugas yang standby di depan kamar mandi untuk mengeringkan dan membersihkannya setelah dipakai oleh penumpang. Jadi cukup nyaman ya. Oya, karena berangkatnya siang, pasti pada mikir, bakalan panas, karena banyak sinar matahari yang masuk. Awalnya juga saya berpikiran begitu, namun nyatanya di dalam gerbong cukup nyaman dan makin lama malah makin dingin suhunya. Tapi mungkin agak silau ya, ya beberapa spot memang ada yang kena cahaya matahari berlebih. Tapi, beberapa saat setelah jalan, bagin panoramic roof-nya, ditutup sehingga jadi lebih adem.
Menurut saya, dengan kereta tipe panoramik ini cukup memanjakan mata ya. Apalagi perjalanan dari Yogya menuju Bandung banyak ditempuh melalui persawahan yang hijau. Kemudian, begitu memasuki wilayah Jawa Barat, kita akan masuk ke daerah pegunungan dengan pemandangan alam yang rancak bana. Dengan adanya tipe panoramik ini, kita lebih leluasa untuk melihat pemandangan tersebut. Meskipun, dengan kereta biasa, kita tetap akan melihat pemandangan tersebut, ya tapi klu Anda punya dana lebih dan ingin menikmati pelayanan yang lebih juga serta pemandangan yang leluasa, mencoba kelas Panoramic ini cukup memuaskan.
Namun ada satu hal yang menarik. Begitu sampai di Bandung, dan melihat kereta ini secara keseluruhan, saya jadi berpikir, ternyata selama enam jam tadi, saya duduk di dalam akuarium besar ya. Hehehe. Ya karena baru bisa memperhatikannya pas sudah turun. Pas tadi naik, kan ga sempat karena terburu-buru. Apa pun itu, terobosan yang dilakukan oleh PT KAI ini patu diajungi jempol. Keren. Nanti mungkin kita coba kelas Luxury? atau Suites? atau kita sewa gerbong wisata sekalian?