Welcome Benvenuto Assalamualaikum Bienvenue Selamat Datang hua-nyíng-gua-nglín Willkommen Bienvenido Sugeng-Rawuh hwangyong-hamnida Wilujeung-Sumping Welkom Velkommen Aloha Salamaik-Datang Sawasdee

Monday 12 September 2011

Trilogi Perjamuan

SEBELUM JAMUAN

Dan Kumulai semuanya dengan hatiku 
ku petik bulir padi dan sayuran terbaik
dari kebun jiwaku. Kumasak sepenuh rindu
sepenuh mesra hingga mengepul segala salam
dalam darah batinku. Maka aku pun datang
pada mu,menyeduh teh dengan darahku, 
menyiapkan meja perjamuan. 
Sudah kubayangkan perjumpaan kita
dua langit pengalaman, dua dunia berlainan 
membangun cakrawala di meja makan 
tempat bermacam dunia
bertautan menjelma bunga.
Tak kau lihat kesibukanku 
tak kau tahu keletihanku 
sendiri menyiapkan masakan di dapur 
namun sungguh benar tak mampukah
engkau dengar desirnya yang berdebur? 



DALAM PERJAMUAN

Engkau telah kekenyangan
dengan makanan lain, menu lain, perjamuan
lain, kala kau datang ke mejaku
hingga anatara sungkan dan tak mengerti
kau pandangi saja segala masakan
yang terhidang di meja makan.
Sambil tak putus-putus bersendawa
kau sentuh juga dengan enggan
satu dua makanan dan kau muntahkan
lalu kau tertidur sambil mendengkur
tinggal aku termangu
sendiri bagai orang dungu.
Waktu makan sudah lewat.
Senja beringut berangkat
ke jantung malam.

Nasi dingin, masakan dingin.
Berkesiur juga suara angin
Sayur Basi, teh pun basi
Apa lagi yang mesti ditangisi.

Kala matahari bersinar di cakrawala
kau terbangun tiba-tiba
memanggil segala orang
mencicipi ini dan mencoba itu
lalu sebuah ceramah panjang
tentang bagaimana mestinya masakan
dihidangkan, juga cara indah menyusun menu
para pemujamu mengangguk setuju.
Tinggal aku termangu
Sendiri bagai orang dungu


SELESPAS JAMUAN

Semua telah pergi. Di piring tinggal duri
duri yang menganga. Jejak-jejak kaki
di lantai dingin. Tumpahan saus
nasi basi dan tulang-tulang berserakan
di paru-paruku. Dari jendela
ku lihat engkau di restoran lain bersendawa tak habis-habisnya.

Di sebuah pinggan
ku lihat sepotong ikan bagai diriku
terendam di kuah yang salah
hingga rasanya kikuk dan masam di lidah.
Maka kukemasi diam-diam sisa bumbu
Kulit bawwang dan pecahan telur
yang berserak dalam batinku.

Akupun belajar memasak bagi diriku
Sendiri. Sekali saja kau sebut kata perjamuan
piring-piring di nadiku segera berderak pecah
membikin hatiku luka parah



Agus R. Sarjono, 2002
*dikutip dari Musthafa, 2008: 63-65


Share:

c'est moi

Member of

1minggu1cerita