Welcome Benvenuto Assalamualaikum Bienvenue Selamat Datang hua-nyíng-gua-nglín Willkommen Bienvenido Sugeng-Rawuh hwangyong-hamnida Wilujeung-Sumping Welkom Velkommen Aloha Salamaik-Datang Sawasdee
Showing posts with label journey. Show all posts
Showing posts with label journey. Show all posts

Monday, 19 June 2023

TerWahoo Wahoo



Anak-anak saya, terutama yang cewek-cewek, sangat senang sekali bermain air, bukan berenang ya. Tapi lebih ke basah-basahan. Nyemplung. Frekuensi ke waterpark pun terbilang sering. Memang agak menurun sejak pandemi. 

Nah, beberapa waktu yang lalu, sebuah taman bermain air yang katanya terbesar di Jawa Barat baru saja dibuka. Wahoo Waterworld.  Berlokasi di Kota Baru Parahyangan, taman bermain ini memiliki luas total sekitar 10 hektar. Di sini terdapat 13 wahana yang dapat dinikmati mulai dari yang ekstrem sampai yang santai-santai.

Ketika kami ke sana, sedang libur lebaran memang, sehingga harga tiket saat itu cukup mahal, IDR 150,000, dan memang harga tiket untuk musim liburan saat ini pun, segitu. Saat itu, saya membeli tiket secara online melalui situs resmi Wahoo Waterworld. Benar saja, karena ketika akan sampai di gerbang masuk semua tiket diperiksa dan yang sudah memiliki tiket secara dipersilakan masuk sementara yang ingin membeli tiket di tempat harus gigit jari karena tiket sudah habis. Saat itu, tiket yang dijual memang terbatas.


Sampai di lokasi pukul 10 pagi, saya harus antri untuk menukarkan tiket dan menyewa gelang. Untuk gelang cukup satu saja per keluarga dengan melakukan deposit IDR 50,000. Jika ingin lebih, mungkin karena jumlah anggota keluarga yang ikut cukup banyak, maka kita bisa mendapatkan gelang tambahan dengan deposit IDR 50,000 per gelangnya. Untuk apa gelangnya? Gelang digunakan sebagai tiket masuk dan juga untuk pembayaran di beberapa gerai di dalam termasuk untuk penyewaan loker dan ban. Gelang tersebut dapat di-top up di mesin swa-layan atau pun di kasir suvenir. Setelah mendapatkan gelang, kami antri lagi untuk masuk, dan karena libur lebaran, antriannya cukup panjang meski pengunjung sudah dibatasi. Akhirnya saya masuk sudah pukul 11 pagi. Butuh 1 jam untuk antri tuker tiket dan antri masuk ke dalam. Mayan lelah juga. Sebetulnya, Wahoo sendiri buka sejak pukul 9 pagi. Jadi kalau ingin tidak terjebak antrian panjang, datanglah lebih awal.

Begitu masuk, saya langsung top-up gelang agar nanti bisa langsung digunakan. Oya, waktu itu maksimal top up hanya boleh IDR 300,000 dan saldo sisa serta uang deposit nanti pas pulang bisa di-refund. Kemudian ke ruang ganti sekaligus sewa loker untu menyimpan baju bersih dan tas. Tersedia dua loker, yang besar dan kecil. Tapi, yang ukuran kecil juga, sudah cukup besar ukurannya. Cukuplah untuk dua travel bag, backpack ukuran sedang, dan sandal. Biaya sewa yang kecil IDR 25,000, sedangkan yang besar IDR 35,0000. Lokernya lumayan canggih ya, jadi anda harus cermat untuk menekan tombol-tombolnya. Biasakan membaca hingga tuntas semua petunjuknya ya. 


Setelah semuanya selesai, langsung deh kami bermain air. Cuaca cukup bersahabat, meski sedikit gelap. Wahana pertama yang kami coba Rainfortress, si benteng hujan. Yup, anda serasa bermain di bawah hujan, dan ketika waktunya tiba, ada ember besar yang akan menumpahkan berliter-liter air. Di bagian ini juga terdapat luncuran yang cukup seru buat anak-anak. Airnya cukup dingin di sini. Pertama kena cipratan air, saya cukup kaget. Karena dingin.

Wahana selanjutnya yang kami coba adalah Abyss. Nah wahana ini cukup ektrem karena kita akan meluncur dari ketinggian 17 meter di lintasan sepanjang 120 meter. Sebelum sampai di kolam finis, kita akan melalui luncuran yang sangat curam lalu jatuh sebuah corong raksasa kemudian akan terombang ambing di dinding corong. Sensasi ketika meluncur di luncuran curam yang sangat menegangkan buat saya. Serasa jatuh dari ketinggian. Si kecil pun agak ketakutan saat melintasi luncuran ini. Oiya, di wahana ini kita menaiki ban dengan kapasitas maksimal 3 orang dan bannya sudah disediakan jadi tidak perlu sewa.

Selanjutnya kami makan siang. Karena tidak boleh membawa makanan dan minuman dari luar, kami bergerilya mencari makanan di beberapa gerai. Dan bertepatan pula saat itu turun hujan, sehingga semua wahana dihentikan. Pengunjung pun sangat ramai di area makan ini. Saya butuh waktu cukup lama untuk mendapatkan makanan yang saya inginkan. Kayaknya ini masih PR deh buat pengelola. Entah menambah jumlah gerai atau solusi lainnya. Fase makan siang ini cukup memberikan kesan negatif buat saya tentang  Wahoo ini. Oiya, di sini juga terdapat Mushalla ya. Jadi, meskipun berekreasi, ibadah juga masih bisa terlaksana.


Setelah hujan reda, dan wahana-wahana kembali dijalankan, kami berkeliling lagi mencoba area yang belum dicoba. Kami mencoba menikmati, bersantai, dan bermalas-malasan di Lazy River. Kolam sungainya cukup panjang dan arusnya cukup terasa. Jadi kita tak perlu mengayuh agar ban yang ditumpangi bergerak. Oiya, untuk wahana ini, kita perlu menyewa ban ya. IDR 50,000 untuk double dan IDR 35,000 untuk single, dan tentu saja bayarnya cashless pake gelang. Nanti akan diberikan gelang kertas yang tidak boleh hilang, agar kita bisa menggunakan bannya berulang-ulang. Juga bisa digunakan di kolam ombak.

Kemudian kami menikamati Wave Pool. Kolam ombak ini beroperasi setiap satu jam sekali. Biasanya akan ada pengumuman sebelum kolam obak dioperasikan. Untuk main di sini kita perlu menggunakan ban, tapi jangan khawatir, kita bisa menggunakan ban yang ada di dekat kolam dengan syarat menunjukkan gelang kertas yang tadi diberikan saat menyewa ban di Lazy River. Di kolam ombak ini tentu saja kita akan merasakan sensai dibuai ombak dengan enam pola ombak yang berbeda. Durasi ombaknya cukup lama sehingga sekali saja mencoba kita cukup puas. Tapi waktu itu, saya dan keluarga sampai tiga kali mencoba. Hahahaa. Seru memang.

Di dekat kolam ombak, ada Lagoon Pool dan Warm Pool. Airnya cukup hangat. Cuma kolam air hangatnya tidak terlalu luas sehingga ketika banyak orang di situ, jadi agak sesak. Anak-anak juga senang main di dua kolam ini karena memang tidak terlalu dalam. Oya, anak-anak juga cukup senang bermain di area Spalsh Zone. Di sini terdapat beberapa luncuran yang tidak terlalu tinggi jadi anak-anak yang tidak cukup berani mencoba wahana ektrem, bisa di sini saja. Lumayan lah ya.

Selain wahana-wahana yang sudah kami nikmati, ada beberapa wahana lain yang lebih seru sebenarnya. Namun, karena anak-anak tidak begitu berani, jadi kita skip. Padahal ayahnya pengen banget. Nunggu mereka gede dulu ya. Sekarang masih 10 dan 8 tahun. Mungkin klu sudah SMP atau SMA, pada berani mencoba Rocket Blast, Boomerango, Superbowl, dan Caterpillar. Anak-anak terutama si Bungsu agak takut setelah tadi naik wahana Abyss. Di sini juga ada Play Zone, di mana terdapat rumah pohon dan juga jembatan gantung yang tidak terlalu tinggi. Cukup seru juga buat anak-anak apalagi balita. 

Secara umum, kami lebih banyak menghabiskan waktu di Lazy Pool, Rainfortress, Warm Pool, dan Wave Pool. Karena memang cocok dengan usia anak-anak. Dan secara keseluruhan, Wahoo Waterworld merupakan lokasi yang sangat menyenangkan. Mungkin PR-nya tinggal meningkatkan layanan saat proses masuk, biar tidak makan waktu yang banyak serta pelayanan di gerai makanan. 

Satu lagi nilai plus Wahoo Waterworld ini adalah area sekitarnya yang instagramable banget. Yup, banyak spot menarik yang bisa digunakan untuk foto-foto. Seperti kapal-kapalan yang ada di depan pintu masuk, kemudian area dekat danau buatan. Dan yang pasti, karena berada di kawasan Kota Baru Parahyangan, tentu banyak tempat lain yang bisa dikunjungi seperti tempat makan, dan kalau tidak capek, bisa sekalian ke IKEA. Hahahaha... cuci mata.

Mau ke Wahoo lagi? Tentu saja.



Share:

Monday, 20 August 2018

Negeri Di Atas Awan


Pernah melihat tumpukan awan dari atas pesawat? Indah bukan? Nah bagaimana klu kita melihat langsung tumpukan awan tersebut ada di bawah kaki kita? Pasti akan menakjubkan. Indonesia yang diberkahi dengan banyaknya dataran tinggi yang memungkinkan kita bisa berada di "atas" awan. Nah, dataran tinggi Dieng, salah satunya, bisa menjadi tujuan untuk menginjakkan kaki di atas awan. Dieng memang sedang menjadi primadona saat ini. Dataran tinggi yang terletak di dua Kabupaten ini-Banjarnegara dan Wonosobo-memang memiliki banyak titik yang dapat memanjakan mata. 
Saya ingin berbagi pengalaman perjalanan ke Dieng beberapa waktu yang lalu. Saya berangkat dengan seorang teman. Kami berteman, tapi tidak mesra. Teman saja. Klu mesra, geli juga, dia cowok juga soalnya, anaknya juga udah dua. [tapi yang penting kan kasih sayang...] aaahhhh... apa siiiih. Lanjut.

Perjalanan Dieng - Bandung
Perjalanan ke Dieng dari Bandung dapat ditempuh dengan berbagai moda transport. Untuk transportasi umum, kita bisa naik Bis dari terminal Cicaheum, jurusan Bandung - Wonosobo (Wonosobo adalah kota terdekat dari Dieng). Ada perusahaan otobis yang menuju Dieng, yaitu Budiman dan Sinar Jaya. Kalau saya sih merekomendasikan Sinar Jaya. Perjalanan Bandung - Wonosobo tidak akan terasa karena berangkat malam hari, jadi tinggal tidur di Bis. Hehehe.
Perjalanan ke Wonosobo sekitar sembilan jam, berhenti sekitar satu jam untuk istirahat di daerah Banjar [duh... lagi enak tidur dibangunin, buat istirahat katanya! hehehe... #supirbutuhngopiwoy]. Sampe di terminal Mendolo pukul empat pagi disambut dengan dinginnya udara Wonosobo. Brrrrrr.. Meskipun masih gelap, jangan kuatir, terminalnya sudah "hidup". Begitu turun dari Bis, langsung disambut dengan ramah oleh mas-mas yang nanya, "mau kemana mas? Sindoro? Sumbing? Prau? atau hanya ke Dieng?" Yup, di terminal Mendolo anda akan banyak menemui para pendaki yang rata-rata dari Jakarta.

Wonosobo - Dieng
Setelah menghangatkan badan dengan minum teh anget-yang cepat sekali dingin-di terminal, kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng dengan menggunakan Ojeg. Ya, sepagi itu angkutan ke Dieng belum ada di terminal, tapi kita harus ke Plaza (begitu orang sana menyebutnya) dimana sudah banyak bis 3/4 yang menunggu. Sebelum berangkat, kami sempatkan dulu shalat subuh di Masjid Kauman. Sebuah masjid lama dengan gaya arsitektur jawa kuno. Jadi berasa di zaman para wali. Lokasi masjid sedikit agak jauh dari Plaza, namun bis menuju Dieng lewat tepat di depan masjid.
Perjalanan Wonosobo - Dieng memakan waktu kurang lebih satu jam dengan hamparan lahan pertanian di kiri-kanan. Gunung Sindoro juga terlihat sangat indah. Dalam perjalanan, ada satu spot yang layak untuk dikunjungi, yaitu Gardu Pandang Tieng. Nah, kebetulan kami berangkat pagi dari Wonosobo, jadi pas ngelewat Gardu Pandang, posisi mataharinya sangat indah, di sebelah Gunung Sindoro. Sayang, kami gak sempat turun dari bis. Lain kali, mungkin. [untuk foto Gardu Pandang Tieng banyak di Google].

Dieng

Sampai di Dieng pukul delapan pagi disambut udara dingin menusuk, kami langsung menuju homestay. Kami tidak melakukan reservasi terlebih dahulu, karena waktu itu bukan high season. Kami menginap di homestay Bu Djono. Memilih disini karena hasil ulasan di beberapa situs perjalanan-termasuk Tripadvisor-memiliki nilai yang bagus dengan komentar memuaskan, harganya pun bersahabat.
Destinasi pertama sesampai di Dieng adalah..... makaaaaan. Ah itu mah bukan destinasi. Hehehe. Kami menikmati Mie Ongklok pagi itu. Mie khas Wonosobo, yang kata orang, belum ke Dieng klu belum mencoba mie ongklok. Terus, enak ga? Klu anda penggemar Lomie, mungkin akan doyan, karena kuahnya mirip, pake tepung kanji gitu. Saya sih, agak kurang doyan ya, karena "berlendir". Hehehe... tapi habis juga, lapar dan kedinginan, jadi butuh bahan bakar untuk menghangatkan tubuh. Mie ongklok dimakan dengan sate sapi. Kalau saya sih ditambah dengan paha ayam kampung goreng. Setelah makan mie ongklok, badan masih terasa dingin, kami putuskan untuk minum kopi di homestay yang kebetulan menyediakan kopi luwak aseli, katanya. Lumayan sih, dan cukup asam ternyata, apalagi saya bukan pekopi berat.

Wisata Dieng

Setelah ngupi ngupi syantiek, kami bertanya tentang wisata Dieng ke petugas homestay, dan beliau menjelaskan dengan sangat rinci dan ramah sekali. Oya, namanya Pak Kelik, tapi bukan Kelik Pelipur Lara (ada yang tahu??? hehehe), juga bukan Pak Keli Suradi, calon mertuanya Dea [Lah, siapa mereka??? Hehehehe]. Lalu kami putuskan juga untuk menyewa motor untuk dua hari ke pihak homestay. Dengan dibekali peta wisata Dieng dan bensin motor full tank, kami menjelajah Dieng, dan tujuan pertama adalah Telaga Warna. Dari penginapan sangat dekat, hanya sekitar 10 menit.


Katanya sih, telaga ini dinamai telaga warna karena warna airnya yang sering berubah karena kandungan sulfur yang sangat tinggi. Telaga warna ini dikelilingi oleh bukit hijau dengan udara yang sangat sejuk, meski bau belerang sangat menyengat sih. Selain telaga warna, daerah sekitarnya juga terdapat tempat-tempat yang cukup mistis. Ada goa yang biasa dipakai untuk bertapa para resi di zaman kerajaan dulu. Terdapat juga patung-patung tokoh seperti Gajah Mada dll. Selain itu, juga ada satu telaga lagi yang letaknya bersebelahan dengan telaga warna, yaitu Telaga Pengilon. Cuma kami hanya melihat dari jauh, karena mirip-miriplah, lagian suhunya cukup terik meskipun baru jam sembilan pagi. 
Tujuan selanjutnya adalah Dieng Plateu Theatre, objek wisata yang berupa bioskop yang memutarkan film-film dokumenter tentang Dieng, baik itu tentang fenomena alama, maupun budaya masyarakat Dieng. Namun, disini kami hanya singgah saja, tidak nonton film, titip parkir motor, lalu langsung "mini hiking" menuju Batu Pandang Ratapan Angin, objek wisata berupa bukit yang menyajikan pemandangan aduhai. Jarak tempuh dari Dieng Plateu Theatre sekitar 15 menit jalan kaki. Di atas, terdapat beberapa titik untuk melihat pemandangan Dieng Plateu. Dari sini terlihat indahnya telaga Warna dan telaga Pengilon. Di sisi lain puncak bukit ini, juga terdapat Jembatan Merah Putih. Jembatan sepanjang sekitar dua puluh meter ini terbuat dari kabel baja yang menghubungkan dua titik tempat melihat pemandangan. Jembatannya tidak terlalu tinggi, namun cukup goyang ketika dilewati.

=== bersambung

Share:

Friday, 21 June 2013

The Great of Love

O you beauty...
the dawn breaks
the sun sets

O dark night
bestow me upon my love
The great of Love

a man walks
memory lies
Is she to be mine?

the wall tells no lies
the bird sings harmony
She is indeed MINE


marbella suites hotel, DAGO
June 15, 2013
*di sebuah sesi lokakarya

Share:

Wednesday, 6 January 2010

New Year, New Life, New Beginning, New Hope

Hufffffffffff...dah lama ga ngeblog disini...kangen juga, kangen nulis-nulis lagi...
Sekarang dah tahun 2010, sudah sekitar tiga tahun umur blog ini. Dulunya blog ini dibuat untuk ajang Pedekate, setelah pedekate berhasil, rutinitas nulis disini jadi menurun. mungkin karena motivasinya salah kali ya, bukan karena pengen menulis dan mencurahkan isi hati tetapi karena ingin dibaca oleh "target" dan dikasih komen. hehehehe. Sekarang semuanya sudah berlalu, masa pedekate itu sudah tidak ada lagi, jadi ingin menimbulkan kembali hasrat untuk menulis. Kali ini bukan karena faktor darinluar tetapi benar2 menulis karena ingin menulis. semoga saja...

Awal tahun 2010 ini cukup banyak yang berubah dalam hidup saya. Tahun ini memasuki tahun keempat bekerja diinstansi pemerintah ini, semoga saja bisa naik pangkat tahun ini. Aamiin. selain itu, kehidupan pribadi juga sudah berubah. Sang target PDKT sekarang sudah sah menjadi mantan pacar tetapi boleh bobok bareng, hehehe. Yup, Saya berhasil menaklukannya, orang tuanya dan sekaligus menepis keraguan orang tua saya.
Peristiwa naas dimana kebujangan saya direnggut :) itu terjadi tanggal 29 Nov 09 yang lalu. Hari bersejarah itu alhamdulillah kami lalui dengan lancar. Tahun ini, benar-benar serba baru. Semuanya dimulai dengan hidup yang baru, semangat baru dan keluarga yang baru. Ya Allah, lingdungi keluarga kecil hamba, jadikanlah keluarga ini, menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah dan Warrahmah, Aamiin. Beberapa foto pernikahan kami dapat dilihat disini. Tahun baru, Kehidupan baru, Awal yang baru dan Harapan yang baru.
Share:

Monday, 12 November 2007

West Sumatra (part 1)

Sumatera Barat, sebuah provinsi yang terletak di bagian barat pulau sumatra, terkenal dengan budayanya yang sangat kental. provinsi terluas kesebelas di Indonesia ini juga dikenal dengan nama ranah minang karena dihuni oleh sebagian besar suku minangkabau. Selain budaya dan adat istiadat, provinsi yang dilewati oleh bukit barisan ini juga menyimpan panorama alam yang menakjubkan.
Nah, gambar disamping kiri ini adalah gunung Marapi. Gunung yang diibaratkan sebagai "penjaga" ranah minang bersama gunung Singgalang (samping kanan), keduanya menjadi simbol abadi tanah Sumatera Barat. Selain pegunungan, provinsi ini juga memiliki keindahan danau-danau yang terbentang di Kabupaten Agam, Tanah datar dan Solok.
Dua yang terkenal diantaranya adalah danau singkarak dan danau maninjau. Danau singkarak (gb. kiri) yang terletak di dua kabupaten, terkenal dengan tangkapan danau, ikan bili. ikan ini hanya ada di danau ini, dan sangat gurih kalau digoreng garing. enak. saya sangat menyarankan anda untuk mencobanya kalau nanti berkunjung kesini. Di sebelah utara kota Bukittingi juga terdapat danau yang kalau di pagi hari terlihat sangat indah. Danau maninjau (gb. kanan). Keindahan panorama maninjau memang sudah begitu terkenal. selain karena danaunya, disekitar daerah danau ini juga terdapat jalan dengan jumlah belokan yang banyak yang lebih dikenal dengan kelok 44 (kelok ampek puluah ampek).


--- bersambung

Share:

c'est moi

Member of

1minggu1cerita