Melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi merupakan impian banyak orang. hampir setiap orang ingin sekolah tinggi, tentu dengan berbagai harapan. Begitupun saya. Alhamdulillah, saya dapat melanjutkan sekolah ke tingkat magister di sebuah Universitas di kota Bandung. Alhamdulillahnya lagi, kantor saya yang baik hati bersedia membiayai semua keperluan kuliah. Baik banget tuh kantor.
Kuliah di pascasarjana, tentu saja berbeda dengan kuliah ketika sarjana dulu. Secara usia, rata-rata mahasiswanya sudah bekerja semua. Saya sih menyebutnya, kelas dewasa. Dari segi materi, tentu saja bobotnya lebih, pun begitu dengan metode mengajar para dosennya. Seringkali kita harus mencari sendiri maksud sebenarnya dari materi yang diajarkan. Sang dosen biasanya hanya mengantarkan ke pintu gerbangnya, sisanya kita harus berusaha sendiri untuk mencari tahu.
Satu lagi hal yang unik adalah masalah kehadiran. Oke, di sarjana pun aturan ini ada, setiap mahasiswa harus memenuhi persyaratan 80% kehadiran untuk bisa ikut ujian akhir. Nah, di pasca ternyata aturan yang begitu juga ada (di Universitas saya lho ya, di tempat lain, entahlah...). Saya kira, kuliah di pasca tidak mementingkan yang begituan, yang penting kita mengerti dan memahami mengenai materi kuliah yang kita ambil. Berhubung dosen di pasca sebagian besar sudah 'professor', tentu jadwal mereka sangat padat. Sehingga, seringkali mereka absen dari kelas. Dengan alasan sedang keluar kota, ada kerjaan lain yang penting ataupun sedang ada rapat. Nah, kalau begini bisa diartikan kuliah S2 sama dengan kuliah sangat mandiri. Asupan dari sang profesor sangat minim, sementara mahasiswa dengan pengetahuan yang dimilikinya dituntut untuk dapat memahami hal yang sesungguhnya sulit mereka pahami. Lalu, buat apa bayar kuliah mahal kalau memang semuanya harus dicari sendiri? kita juga butuh penjelasan lebih lanjut dari ahlinya.
Kembali ke masalah absen. Jika hal ini terjadi pada sang profesor, misalnya dari 8 pertemuan, beliau hanya sanggup hadir 4 kali (hanya 50% saja), apakah ada konsekuensi khusus??? misalnya, mahasiswa dapat nilai cuma-cuma B- tanpa harus berusaha, yang berusaha dapat lebih. Atau konsekuensi lainnya. Nyatanya tidak! Yang ada paling make up class, itupun klu dosennya niat. Kalau tidak, ya gone with the wind deh...
Nah, saat ini saya sedang duduk di lantai dua Universitas yang (akan mungkin) saya cintai ini, datang kepagian karena memang seharusnya ada kuliah, namun sayang beribu sayang, sang dosen tiada datang. Jam selanjutnya saya ada kuliah lagi. Grammar. Buat saya, grammar sama dengan Kalkulusnya orang matematika. Ribet tapi menyenangkan. Tapi, jauh-jauh hari sang dosen sudah menyatakan ketidaksanggupannya untuk menghadiri kelas hari ini. Gosip yang beredar, hanya sang asdos yang akan mengawal kita buat progress test. Lalu setelah jumatan, ada kuliah lagi (seharusnya), tapi kembali kabar burung yang terpercaya menyatakan sang professor tidak akan hadir.
Lalu buat apa saya datang??? Ya buat memastikan bahwa gosip dan kabar burung itu bohong! tapi saya percaya, kabar itu BENAR. ono-ono ae...